Pengaruh Dukungan Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja

Keperawatan Keluarga, Depresi, Remaja

Penulis

  • Tati Murni Karokaro Universitas Andalas padang
  • Aprizal Aprizal Universitas Andalas Padang
  • Amel Yanis Universitas Andalas Padang
  • Hardisman Hardisman Universitas Andalas Padang

DOI:

https://doi.org/10.25311/keskom.Vol11.Iss2.2220

Kata Kunci:

Dukungan Emosional Keluarga, Depresi Remaja, Pencegahan Depresi

Abstrak

Depresi pada remaja menjadi masalah kesehatan mental yang signifikan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian depresi pada remaja adalah dukungan emosional keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dukungan emosional keluarga terhadap depresi pada remaja. ujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dukungan emosional keluarga terhadap kejadian depresi pada remaja serta mengevaluasi tingkat dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan kuesioner yang dibagikan kepada 202 remaja berusia 15-21 tahun. Data dianalisis secara deskriptif dan dengan uji statistik regresi untuk menilai hubungan dukungan emosional keluarga dan kejadian depresi. Sebanyak 78,7% remaja merasa nyaman dengan dukungan emosional keluarga, namun 32,18% melaporkan keluarga sering tidak bertanya tentang keadaan mereka. Dukungan emosional secara keseluruhan mencapai 67,3%. Penelitian juga menemukan bahwa remaja perempuan lebih rentan terhadap depresi meskipun faktor usia, jenis kelamin, dan pendidikan tidak menunjukkan hubungan signifikan. Dukungan emosional keluarga memiliki peran penting dalam mengurangi dampak depresi pada remaja. Meskipun dukungan emosional secara keseluruhan baik, banyak remaja yang merasa kurang mendapatkan perhatian dari keluarga. Dukungan emosional keluarga berpengaruh dalam mencegah depresi pada remaja. Keluarga perlu lebih memperhatikan kebutuhan emosional remaja dan meningkatkan layanan konseling untuk membantu orangtua memahami kondisi emosional anak mereka.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

[1] Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

[2] World Health Organization. (2018). Adolescent mental health. Geneva: WHO. Tersedia dari: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescent-mental-health

[3] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Kemenkes RI.

[4] Kusumawardani, N., Tarigan, I., & Wiryawan, Y. (2016). Kesehatan mental remaja: Tantangan dan strategi penanganannya di Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Kesehatan Masyarakat.

[5] Stuart, G.W. (2016). Principles and practice of psychiatric nursing (10th ed.). St. Louis: Elsevier Health Sciences.

[6] Fitria, Y., & Maulidia, F. (2018). Dukungan keluarga terhadap remaja yang mengalami depresi. Jurnal Ilmu Keperawatan, 6(1), 45–51.

[7] Dworkin, J., & Serido, J. (2017). Parental support and adolescent well-being. Youth & Society, 49(4), 563–585.

[8] Fakhrou, R. A., et al. (2023). Family communication and youth mental health outcomes. Child Psychiatry & Human Development, 54(2), 311–325.

[9] Izzo, C., et al. (2022). The role of emotional support in adolescent depression. Journal of Adolescent Health, 70(6), 894–901.

[10] Simanjuntak, R. A., et al. (2022). Tanda-tanda depresi pada remaja berdasarkan studi epidemiologis. Jurnal Psikiatri Nusantara, 4(2), 150–158.

[11] Huang, Y., et al. (2023). Progression of depression from mild to severe: A systematic review. The Lancet Psychiatry, 10(3), 240–253.

[12] Mehulić, I., & Kamenov, Z. (2021). Severe depression: Symptoms and societal burden. Current Psychiatry Reports, 23(11), 68–77.

[13] Soumokil-Mailoa, A. M., et al. (2022). Perubahan perilaku remaja sebagai indikator depresi. Jurnal Psikologi Indonesia, 39(1), 70–78.

[14] National Institute of Mental Health. (2023). Major Depression. https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/major-depression.shtml

[15] Beutel, M. E., et al. (2019). Gender differences in depression and quality of life in Germany. Journal of Affective Disorders, 253, 342–349.

[16] Schlax, J., et al. (2019). Symptoms and risk factors of depression among adults. Psychosocial Medicine, 16, Doc03.

[17] Streit, F., et al. (2022). Gender differences in emotional disorders and comorbidities. Journal of Affective Disorders, 301, 140–148.

[18] Cao, L., & Rammohan, A. (2016). Urban-rural disparities in mental health in China. Health & Place, 42, 118–127.

[19] Damodaran, D., & Paul, S. (2016). Mental health in Indian adolescents: A gender perspective. Indian Journal of Psychiatry, 58(3), 315–319.

[20] Busfield, J. (2012). Gender and mental health: An overview. Sociology Compass, 6(11), 850–861.

[21] Rosenfield, S., & Smith, D. (2012). Gender and mental health. Handbook of the Sociology of Mental Health, 277–296. DOI: https://doi.org/10.1007/978-94-007-4276-5_14

[22] Chew, B. H., et al. (2016). Emotional disorders among Malaysian adolescents: A gender comparison. BMC Public Health, 16, 1001.

[23] Chew, B. H., et al. (2017). Mental health issues in adolescents: A Malaysian overview. Journal of Adolescent Health, 61(2), 240–245.

[24] Chong, S. A., et al. (2012). Prevalence of mental disorders in Singapore: A gender-based analysis. Psychiatry Research, 198(2), 153–159.

[25] Arfianto, D., et al. (2023). Gender gap in adolescent mental health. Indonesian Journal of Psychiatry, 10(1), 45–53.

[26] Samraj, R., et al. (2023). Psychosocial stress and adolescent girls in Southeast Asia. Asian Journal of Psychiatry, 80, 103331. DOI: https://doi.org/10.1016/j.ajp.2022.103331

[27] Tina, H. (2019). Dampak gangguan emosional pada remaja perempuan. Jurnal Keperawatan Remaja, 5(2), 101–108.

[28] Kondirolli, L., & Sunder, S. (2022). Education and emotional health outcomes. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 57(5), 923–932.

[29] Niemeyer, H., et al. (2019). Socioeconomic status and mental health: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 145(5), 512–545.

[30] Wan, M. J., et al. (2015). Education and adolescent mental health in Asia. Asian Journal of Psychiatry, 17, 52–58.

[31] Chairurrijal, M., et al. (2019). Pendidikan dan risiko gangguan emosional pada remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, 38(2), 112–120.

[32] Khatimah, H., et al. (2022). Tingkat pendidikan dan gangguan kesehatan mental remaja. Jurnal Penelitian Kesehatan, 20(3), 189–196.

[33] Nasriati, R. (2017). Stigma and Family Support in Caring for People With Mental Disorders (ODGJ). Jurnal Ilmiah Ilmu - Ilmu Kesehatan, XV(1), 56–65.

[34] Fakhrou, A. A., Adawi, T. R., Ghareeb, S. A., Elsherbiny, A. M., & AlFalasi, M. M. (2023). Role of family in supporting children with mental disorders in Qatar. Heliyon, 9(8), e18914. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e18914 DOI: https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e18914

Unduhan

Telah diserahkan

2025-04-04

diterima

2025-07-02

Diterbitkan

2025-07-31

Cara Mengutip

1.
Karokaro TM, Aprizal A, Yanis A, Hardisman H. Pengaruh Dukungan Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja: Keperawatan Keluarga, Depresi, Remaja. J Keskom [Internet]. 31 Juli 2025 [dikutip 6 Agustus 2025];11(2):272-80. Tersedia pada: https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/2220

Artikel Serupa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 > >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.